Jumat (31/1/2020), harga minyak mentah bergerak ke utara. Minyak Brent naik 1,54% ke level US$ 59,19/barel dan minyak WTI naik 2,05% ke US$ 53,21/barel. Namun jika di hitung sejak 20 Januari, harga minyak mentah telah terkoreksi lebih dari 9%.
Virus corona yang menyebabkan pneumonia membuat dunia gempar dalam sebulan terakhir ini. Virus yang masih satu jenis dengan penyebab SARS ini menyerang sistem pernapasan dan dapat ditularkan baik dari hewan ke manusia maupun antar manusia.
Sejak dilaporkan ada satu korban meninggal pada 9 Januari lalu, jumlah kasus terus bertambah setiap harinya. Jumlah korban meninggal pun terus bertambah.
CNBC Internasional melaporkan jumlah orang yang terjangkit virus corona sudah mencapai 9.692 dan jumlah korban yang meninggal bertambah menjadi 213 orang. Berbagai maskapai penerbangan global untuk sementara menghentikan penerbangan ke berbagai daerah di China.
Beberapa maskapai penerbangan tersebut seperti Air France (hingga 9 Februari), British Airways (hingga akhir Januari), Air Seoul , Egyptair dan maskapai penerbangan Indonesia Lion Air.
Tak hanya menunda penerbangan, beberapa negara sudah mulai mengeluarkan himbauan perjalanan ke China. Pada 29 Januari lalu, pemerintah Amerika Serikat menghimbau warganya untuk tidak bepergian ke provinsi Hubei dan mempertimbangkan kembali rencananya jika akan bepergian ke China selain daerah yang di larang
Lebih dari 20 kota di China saat ini berada dalam karantina baik parsial maupun total. Warga China diminta untuk tak bepergian ke mana-mana. Libur tahun baru imlek diperpanjang di beberapa wilayah di China. Sektor transportasi domestik di China menjadi tertekan.
Pelaku pasar mencemaskan hal ini dapat berdampak pada penurunan permintaan bahan bakar minyak. Namun kabar melegakan datang dari WHO. Organisasi Kesehatan Dunia tersebut secara resmi tadi malam mendeklarasikan kondisi penyebaran virus saat ini merupakan situasi darurat global.
Walau kondisinya sudah genting, tetapi WHO menilai larangan perjalanan dan perdagangan saat ini tak dibutuhkan merespons perkembangan virus ini. Bagaimanapun juga pelaku pasar masih terus mencermati perkembangan kasus ini terutama dampaknya terhadap perekonomian dan permintaan minyak.
Beberapa ekonom sudah mulai menghitung dampak ekonomi dari kejadian ini. Analis Nomura menulis dalam sebuah laporan, tingkat pertumbuhan PDB China mungkin berada di bawah 6% yang berhasil dicapai pada 2019.
China sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia merupakan pusat manufaktur global. Tak hanya itu, populasi yang sangat besar hingga lebih dari 1 miliar orang membuat China sebagai negara konsumen terbesar berbagai produk terutama komoditas.
China merupakan konsumen minyak mentah kedua terbesar di dunia. Per harinya China mengkonsumsi lebih dari 10 juta barel minyak mentah. Kala sektor transportasi mandek dan perekonomian China turun, maka permintaan minyak kena imbasnya.
Apakah dampaknya besar atau kecil ke permintaan minyak tergantung dari seberapa parah dan seberapa lama kondisi ini akan berlangsung. Sebelumnya bank investasi global Goldman Sachs memperkirakan permintaan minyak akan turun 260 ribu barel per hari jika skala virus corona sama dengan wabah SARS 17 tahun silam.
Walau tingkat mortalitasnya masih lebih rendah dibanding SARS, kecepatan penyebaran virus penyebab kerusakan sistem pernapasan ini jauh lebih tinggi dibanding SARS. Buktinya dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, lebih dari 9.000 orang terinfeksi. Jumlah dan skalanya sudah melampaui wabah SARS. Ini yang perlu diwaspadai ke depannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
"minyak" - Google Berita
January 31, 2020 at 11:39AM
https://ift.tt/37RgGle
Virus Corona Makin Ganas, Harga Minyak Malah Naik Hari Ini - CNBC Indonesia
"minyak" - Google Berita
https://ift.tt/2qtzGFm
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Virus Corona Makin Ganas, Harga Minyak Malah Naik Hari Ini - CNBC Indonesia"
Post a Comment