
Data Refinitiv menunjukkan harga minyak mentah kontrak futures pada perdagangan pagi ini mencatatkan pelemahan. Brent melemah 0,14% ke US$ 56,26/barel sementara minyak jenis WTI melemah 0,08% ke US$ 51,38/barel.
Sudah satu bulan lebih, virus corona tak kunjung menampakkan tanda-tanda mulai dapat dijinakkan. Jumlah orang yang terinfeksi virus yang dinamai COVID 2019 ini terus bertambah.
Data terbaru yang dipublikasikan oleh John Hopkins CSSE menunjukkan sudah ada 64.422 kasus yang dilaporkan secara global. Paling banyak dilaporkan di China dengan 63.841 kasus. Sementara jumlah kasus di lokasi lain juga terus bertambah.
Sama halnya dengan korban meninggal. Jumlah penderita yang terenggut jiwanya sampai saat ini sudah mencapai 1.491 orang. Kasus kematian terbanyak ditemukan di provinsi Hubei yang mencapai 1.426. Tiga kasus kematian dilaporkan di luar China. Satu kasus di Hong Kong, satu di Jepang dan satu lainnya di Filipina.
Akibatnya, karantina dilakukan di berbagai kota di China sebagai upaya agar virus ini tak terus menerus menyebar luas. Namun hal tersebut membuat aktivitas ekonomi menjadi lumpuh.
Penerbangan dari dan ke China menjadi batal. Akibatnya ada penurunan konsumsi minyak. Jika ini terus berlangsung maka permintaan minyak pun bisa ikut terkena dampaknya.
Merespons kejadian ini organisasi pengekspor minyak dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ berencana menaikkan pemangkasan produksi minyak hingga 2,3 juta barel per hari (bpd) dari sebelumnya 1,7 juta bpd.
Bagaimanapun juga saat ini seluruh dunia menyorot China. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia, dampak epidemi yang terjadi ditakutkan dapat menyeret perekonomian global ke dalam turbulensi.
Kemarin, agensi energi internasional (IEA) dalam kajiannya menyebutkan permintaan minyak pada kuartal pertama tahun ini mengalami kontraksi untuk pertama kalinya setelah krisis keuangan tahun 2008-2009.
"Konsekuensi dari merebaknya COVID-19 terhadap permintaan minyak akan signifikan. Permintaan minyak diperkirakan akan terkontraksi 435.000 bpd pada kuartal pertama, kontraksi secara kuartalan untuk pertama kali dalam lebih dari sepuluh tahun terakhir" kata IEA, melansir Reuters.
"Untuk tahun 2020 secara keseluruhan, kami memperkirakan permintaan minyak turun 365.000 - 825.00 bpd, terendah sejak 2011" tambah IEA. Lembaga tersebut juga menyebutkan pada kuartal II permintaan minyak akan mulai kembali normal naik 1,2 juta bpd dan naik lagi 1,5 juta bpd pada kuartal III setelah China memberikan stimulus untuk ekonomi.
"Dengan COVID-19 yang berpotensi memukul keras permintaan minyak pada semester pertama, kini produsen berada dalam tekanan untuk kembali memangkas produksi" kata IEA.
Terus merebaknya virus corona dan ramalan perlambatan permintaan minyak sebagai akibatnya menjadi sentimen negatif yang memberatkan gerak harga minyak mentah pada perdagangan pagi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
"minyak" - Google Berita
February 14, 2020 at 10:33AM
https://ift.tt/3bB3vqL
IEA Ramal Permintaan Turun, Harga Minyak Mentah Drop - CNBC Indonesia
"minyak" - Google Berita
https://ift.tt/2qtzGFm
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "IEA Ramal Permintaan Turun, Harga Minyak Mentah Drop - CNBC Indonesia"
Post a Comment