Pada Kamis (9/4/2020) OPEC+ menggelar rapat melalui konferensi video selama 9 jam lebih sebelum akhirnya memutuskan untuk memangkas produksi sebesar 10 juta barel per hari (bpd) atau setara dengan 10% dari pasokan minyak global.
Di bawah pimpinan Arab dan Rusia, OPEC+ akan mulai memangkas produksinya mulai 1 Mei - 30 Juni 2020 atau selama 2 bulan. Untuk periode enam bulan setelahnya hingga akhir Desember 2020, OPEC+ berencana untuk memangkas produksi minyaknya sebesar 8 juta bpd.
Setelah itu, organisasi kartel minyak tersebut akan memangkas produksinya sebesar 6 juta bpd selama 16 bulan hingga 30 April 2022. Namun dalam maraton konferensi video tersebut Mexico yang dijatah untuk memangkas produksi minyak sebesar 400 ribu bpd menolak.
Menteri Energi Meksiko Rocio Nahle mengatakan negara itu hanya bersedia untuk memangkas produksi sebesar 100 ribu bpd. Dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Jumat (10/4/2020), Presiden AS Donald Trump mengatakan dia berbicara dengan Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador dan telah setuju untuk "mengambil beberapa kelonggaran".
AS bersedia untuk memotong produksi atas nama Meksiko. Namun Trump tidak merinci bagaimana pemangkasan produksi akan dilakukan, yang jelas jatah AS tersebut harus dikembalikan Mexico di masa mendatang.
Setelah rapat online OPEC+ digelar, proposal pemangkasan produksi minyak juga diajukan ke negara-negara lain anggota G20. Pada pertemuan luar biasa G20 yang diselenggarakan oleh Arab Saudi, kelompok itu sepakat untuk memangkas produksi minyaknya dan membentuk kelompok khusus untuk memantau upaya negara-negara dalam membatasi produksi.
"Untuk mendukung pemulihan ekonomi global dan melindungi pasar energi, kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan respons kebijakan yang kolaboratif," kata siaran pers.
"Kami menyadari komitmen beberapa produsen untuk menstabilkan pasar energi. Kami mengakui pentingnya kerja sama internasional dalam memastikan ketahanan sistem energi. "tambahnya, melansir CNBC International.
Namun terkait dengan berapa total produksi yang dipangkas oleh G20 masih belum jelas. Rapat yang berlangsung pada Jumat (10/4/2020) hanya menyisakan clue bagi pasar bahwa G20 siap untuk berupaya menstabilkan pasar dengan menjaga keseimbangan suplai dan demand.
Setelah pertemuan G20 tersebut digelar, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan dia berharap negara-negara di luar kelompok itu akan mengurangi produksinya sebesar 5 juta bpd.
"minyak" - Google Berita
April 11, 2020 at 02:15PM
https://ift.tt/34roQjf
Nasib Minyak Kini di Tangan G20, Amankah? - CNBC Indonesia
"minyak" - Google Berita
https://ift.tt/2qtzGFm
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Nasib Minyak Kini di Tangan G20, Amankah? - CNBC Indonesia"
Post a Comment