
Jakarta, CNBC Indonesia - Para ahli menyebut harga minyak mentah bakal turun tajam setelah OPEC + menghentikan kesepakatan untuk mengurangi produksi minyak pada akhir Maret mendatang.
Tidak dilanjutkannya kesepakatan pemangkasan produksi besar-besaran di antara OPEC + terjadi setelah Rusia, yang memimpin sekutu-sekutu non-OPEC, menolak melanjutkan memangkas produksi dengan alasan untuk mendukung pasar minyak yang sedang mengalami kemerosotan permintaan akibat merebaknya wabah virus corona (COVID-19) asal Wuhan, China.
Wabah yang mirip SARS ini telah menginfeksi 109,835 orang dan merenggut nyawa 3.803 orang secara global per Senin pagi (9/3/2020).
"(Harga) minyak US$ 20 (atau sekitar RP 280 ribu) pada tahun 2020 akan terjadi," kata Ali Khedery, mantan penasihat senior Timur Tengah Exxon di Twitter-nya, Minggu.
"Implikasi geopolitik yang sangat besar. Stimulus tepat waktu untuk konsumen bersih. Bencana yang gagal / akan gagal dari petro-kleptocracies Irak, Iran, dll - dapat membuktikan pukulan eksistensial 1-2 ketika dibarengi dengan wabah COVID-19," lanjut pria yang juga menjadi CEO perusahaan strategi Dragoman Ventures, yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu.
Sebagaimana diketahui, pasca mengadakan pertemuan pekan lalu di Wina, Austria, anggota OPEC dan koalisi no-OPEC yang secara gabungan disebut OPEC +, sepakat untuk menghentikan pemangkasan produksi pada akhir Maret. Akibat ini, gembong OPEC diprediksi bakal menaikkan produksi melebihi 10 juta barel per hari (bph).
Padahal produksi mereka saat ini hanya sekitar 9,7 juta bph. Arab Saudi, yang memimpin OPEC, secara teoritis juga dapat memompa minyak sebanyak yang diinginkannya, atau hingga sebesar 12,5 juta barel per hari (bph).
"Mulai 1 April kita mulai bekerja tanpa memedulikan kuota atau pengurangan yang sudah ada sebelumnya," kata Menteri Energi Rusia Alexander Novak kepada wartawan pada pertemuan OPEC +, Jumat.
"Tetapi ini tidak berarti bahwa setiap negara tidak akan memantau dan menganalisis perkembangan pasar,"
Selain karena dihentikannya pemangkasan produksi oleh OPEC +, proyeksi harga minyak rendah itu juga disampaikan Khedery berdasarkan kinerja harga minyak sepanjang 2020 ini, yang telah turun 30%. Terlebih lagi, Arab Saudi juga telah mengumumkan diskon besar-besaran untuk harga jual resmi untuk April.
Sejalan dengan Khedery, analis komoditas di Emirates NBD Edward Bell, juga mengatakan upaya penghentian pemangkasan minyak oleh OPEC + berpotensi menyebabkan banjir pasokan. Bahkan hingga perang harga di tengah upaya untuk meningkatkan output secara besar-besaran.
"Hasilnya adalah pembalikan yang mencengangkan dari apa yang tampaknya merupakan pemotongan produksi yang tertunda untuk mengkompensasi penurunan permintaan yang disebabkan oleh wabah COVID-19." tulisnya dalam catatan analis, Minggu.
"Jika anggota OPEC + memilih untuk meningkatkan output dari Q2 dan seterusnya, gelombang minyak akan dilepaskan ke pasar," tambah Bell. "Kami memperkirakan Arab Saudi, Uni Emirat Arab/UEA, dan produsen besar lainnya dalam OPEC akan meningkatkan produksi selama sisa tahun 2020 karena mereka kembali ke strategi pangsa pasar dan bukannya penargetan harga."
Sebelumnya pada Minggu, harga minyak patokan (benchmark) Internasional dan AS anjlok ke level terendah multi-tahun bahkan hingga 20%. Dengan minyak mentah Brent ditutup pada US$ 36, sementara West Texas Intermediate (WTI) merosot ke US$ 32.
(res)"minyak" - Google Berita
March 09, 2020 at 07:54AM
https://ift.tt/2IulUrI
Harga Minyak Ambles 20%, Analis: Welcome US$ 20 per Barel! - CNBC Indonesia
"minyak" - Google Berita
https://ift.tt/2qtzGFm
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Minyak Ambles 20%, Analis: Welcome US$ 20 per Barel! - CNBC Indonesia"
Post a Comment