
Data terbaru John Hopkins University CSSE menunjukkan jumlah kasus infeksi virus corona secara kumulatif sampai hari ini sudah mencapai 107 ribu kasus. Kasus infeksi baru yang dilaporkan di China mulai mengalami penurunan.
Namun jumlah kasus infeksi baru di luar China justru malah mengalami kenaikan secara signifikan. Korea Selatan, Italia dan Iran menjadi episentrum baru penyebaran virus corona di luar China dengan lebih dari 5.000 kasus secara kumulatif.
Patogen ganas bernama corona ini sudah menyebar ke lebih dari 100 negara dan telah menewaskan sebanyak 3.559 orang sampai hari ini. Penyebaran virus corona yang sangat cepat di luar China membuat permintaan minyak mentah berpotensi drop signifikan.
Karantina dan larangan bepergian membuat permintaan minyak menjadi terdampak. Agensi Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan minyak untuk tahun 2020 akan turun 300.000-800.000 barel per hari (bpd) dan menjadi yang terendah sejak 2011 akibat wabah corona.
Merespons hal tersebut OPEC+ aliansi yang sudah terbentuk selama tiga tahun tersebut dikabarkan mempertimbangkan pemangkasan produksi minyak lebih dalam untuk menstabilkan harga.
Arab Saudi selaku pemimpin OPEC mengusulkan produksi minyak organisasi dipangkas lagi sebesar 1,5 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun 2020. OPEC dikabarkan akan menanggung porsi pemangkasan 1 juta bpd, sementara non-OPEC diminta berkontribusi sebesar 500.000 bpd sisanya.
Jumlah tersebut setara dengan 3,6% dari pasokan minyak global. Namun pada pertemuan OPEC+ minggu kemarin yang berlangsung dua hari di Vienna pada 5-6 Maret, diskusi berjalan alot dan mengalami kebuntuan.
Rusia sebagai produsen minyak terbesar non-OPEC tidak menyetujui usulan tersebut. Harga minyak mentah kontrak langsung anjlok dalam lebih dari 9% dalam sehari. Dalam sepekan kemarin, harga minyak mentah kontrak Brent anjlok 10,4% (wow) dan minyak WTI ambles 7,7% (wow). Terhitung sejak awal tahun harga minyak telah anjlok lebih dari 30% (ytd).
Harga minyak brent ditutup di level US$ 45,27/barel pada Jumat (6/3/2020) dan merupakan level terendah sejak 23 Juni 2017. Sementara pada periode yang sama harga minyak WTI ditutup di level US$ 41,28 /barel dan menjadi level terendah sejak 5 Agustus 2016.
"Harga anjlok karena pertemuan OPEC berakhir sebagai kegagalan besar-besaran untuk semua pihak yang terlibat. Rusia jelas-jelas memutuskan untuk menggunakan pendekatan bumi hangus ke pasar minyak: setiap negara fokus untuk dirinya sendiri," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York, melansir Reuters
Walau kata sepakat belum tercapai dalam tubuh organisasi, bukan berarti negosiasi selesai begitu saja. Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengindikasikan akan ada lebih banyak pertemuan informal untuk membahas tentang pemotongan produksi minyak yang diusulkan dalam beberapa minggu mendatang.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
"minyak" - Google Berita
March 08, 2020 at 07:50PM
https://ift.tt/38vT312
Harga Minyak Diobral Murah Gara-Gara OPEC+ Gagal - CNBC Indonesia
"minyak" - Google Berita
https://ift.tt/2qtzGFm
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Minyak Diobral Murah Gara-Gara OPEC+ Gagal - CNBC Indonesia"
Post a Comment